Peristiwa Tiananmen 1989 yang sangat terkenal itu, menyimpan indikasi adanya pengaruh asing dalam kejadian di Cina saat itu. Kejadian yang bermula dari “sekedar” peringatan berkabung untuk Hu Yaobang ternyata berkembang menjadi sebuah gerakan masal untuk menuntut demokrasi. Dalam tulisan ini, penulis bernat mengupas beberapa teori yang merujuk pada campur tangan pihak asing dalam peristiwa Tiananmen.
Peristiwa Tiananmen adalah peristiwa besar yang terjadi dalam latar belakang perang dingin. Perang yang berintikan perebutan pengaruh dari dua blok kekuatan besar dunia (blok barat dan timur) ini masih berkobar di seluruh penjuru dunia, dan sebagai negara komunis, maka Cina menjadi salah satu ancaman terbesar bagi Amerika Serikat (blok Barat) dan sekutu-sekutunya.
Perlu diingat bahwa pada masa itu peperangan bukan dilakukan dengan persenjataan. Peperangan antara dua ideologi besar dunia itu dilakukan dengan melalui perebutan pengaruh di suatu region, termasuk Asia Timur. Cara merebut pengaruh bisa melalui berbagai cara. Yang paling lazim adalah melalui sektor ekonomi dengan berbagai bantuan, seperti Truman Doctrine dan lain-lain.
Cara lain yang juga sangat ampuh untuk meningkatkan pengaruh di suatu kawasan atau negara adalah dengan cara-cara agitasi dan propaganda. Ini adalah zaman keemasan untuk para spion. Masing-masing pihak saling mengirimkan mata-mata ke pihak lawan untuk menyebarkan faham-faham dan terutama untuk meningkatkan keresahan (discontent) di kalangan rakyat yang tidak puas. Selain itu, penyebaran isu global juga dikeluarkan melalui peran pers dan kalangan muda kelas menengah yang progresif terhadap pembaruan. Inilah yang kemungkinan terjadi di negeri Cina pada saat peristiwa Tiananmen.
Sebagai sebuah negara komunis, Cina terus dipantau oleh Blok Barat sebagai ancaman utama. Apalagi, perkembangan ekonomi yang menakjubkan selama 10 tahun sejak Reformasi 1978 telah menjadikan Cina sebagai naga yang baru. Walaupun sejak 1960 Cina berkonflik dengan Uni Sovyet sebagai dedengkot komunisme, tapi ideologi yang digunakan masih tetap sama.
Untuk memulai sebuah revolusi dan perubahan, perlu penyulut dari dalam dan pendorong dari luar. Penyulut dari dalam yang terbesar adalah masalah kesenjangan sosial yang muncul sebagai dampak sampingan dari kapitalisasi ekonomi. Sebagaimana negara lainnya, kesenjangan miskin-kaya muncul sejak komune dihapuskan. Penyulut di dalam kedua yang jelas terlihat adalah masalah korupsi yang dilakuka pejabat dan keluarganya. Yang menjadi masalah adalah demokrasi. Bagaimana mungkin konsep demokrasi muncul di Cina?
Ketika kemudian muncul permintaan tentang demokratisasi, maka, Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: dari mana rakyat Cina mendapatkan suatu konsep demokrasi, dan, demokrasi seperti apa yang ingin diwujudkan oleh pemuda Cina sebagai pembaharuan kelima? Ingat! Kalau rakyat Cina tidak tahu mengenai demokrasi, mana mungkin mereka ingin demokrasi? Tidak mudah untuk mewujudkan demokrasi. Walaupun undang-undang organis yang mengatur demokrasi disetujui pada medio 1980an, tapi praktek untuk pembuatan komite desa (demokrasi terendah di Cina) sendiri baru selesai pada 1990.
Perlu diingat bahwa informasi bukanlah suatu hal yang mudah didapat di Cina. Tambahan lagi, semua informasi dibatasi dengan segala hal yang disampaikan dalam Renmin Ribao sebagai koran resmi pemerintah dan corong utama informasi di Cina. Internet pada masa itu belum dikenal, sehingga belum bisa menjadi sumber informasi alternatif, seperti yang dikemukakan Robert Dahl. Demokrasi yang dikenal Cina adalah ”demokrasi” yang kerap disebut oleh Mao Zedong, alias demokrasi yang mendukung legitimasi dan hegemoni partai. Jangankan bicara demokrasi Rousseau, pembagian kekuasaan (trias politica) Montesquie saja masih belum dilakukan di Cina!
Yang paling memungkinkan untuk menjadi penyebar konsep demokrasi adalah para mahasiswa, reporter berita, pejabat dan mata-mata asing. Mari kita kesampingkan pejabat, yang tidak mungkin dengan sengaja menyebar demokrasi Barat. Reporter adalah golongan yang punya akses cukup dengan dunia luar, tapi mengingat pengawasan terhadap mereka, kemungkinan kecil untuk menyebarkan faham demokrasi. Yang paling mungkin adalah mahasiswa dan mata-mata asing!
Mata-mata asing menyusup dengan dua cara: memasukkan orang asing ke Cina atau menggunakan orang lokal yang diperdaya atau direkrut secara sukarela. Melihat komposisi yang turun pada peristiwa saat itu, kemungkinan besar, mahasiswa adalah institusi pertama yang dimasuki oleh asing, baru kemudian ke bagian lain. Mahasiswa dikatakan sebagai pilar demokrasi yang kelima, tapi dalam kasus Cina, mengingat pilar satu sampai empat mati suri (atau terancam mati dtitodong bedil), maka bisa dikatakan bahwa mahasiswa adalah pembawa panji demokrasi satu-satunya.
Kemungkinan besar, inilah yang terjadi. Mahasiswa dimanfaatkan oleh asing untuk memasukkan faham demokrasi, dan kemudian dengan memanfaatkan momen berkabung Hu Yaobang, kegiatan itu disetir untuk menjadi sebuah demonstrasi untuk menuntut demokrasi.
Ada sebuah teori menarik tentang demonstrasi. Bila di Amerika ada sekelompok kecil orang berdiri sambil berteriak-teriak di depan Gedung Putih, maka mereka akan sekedar lewat saja. Bila jumlahnya agak banyak mereka akan geleng-geleng kepala dan kalau banyak sekali mereka akan menjadikan itu tontonan. Bila di Cina ada yang berdiri dan berteriak protes di Tiananmen, bila didiamkan, dalam 10 menit menjadi 10 orang, satu jam bertambah 1000 orang, dan dalam sehari menjadi puluhan ribu orang! Untuk itu, pemerintah Cina tidak bisa mendiamkan begitu saja masalah ini, dan mengambil tindakan tegas dalam mengatasi masalah.
Inilah yang diincar oleh blok Barat. Penghancuran nama dari anggota blok Timur. Setahun berikutnya terbukti bahwa keputusan yang diambil pemerintah PKC untuk mempertahankan kekuasaannya tepat. 1990, tembok Berlin runtuh... dan tidak lama kemudian tinggal Cina dan Korea Utara yang tersisa sebagai bekas blok Timur di kawasan Asia Timur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar